Senin, 26 April 2010

BERTAUBAT SEBELUM WAFAT


BERTAUBAT  SEBELUM  WAFAT

 الحمد لله الذى انعم علينا بالا يمان والاسلام   وجعل بهما السعداء فى الدنيا ودار السلام    اشهد ان لا اله الاّ الله وحده لا شريك له  الملك القدّوس السلام    واشهد انّ محمّدا عبده ورسوله صاحب الشفاعة والمقام    اللهمّ صلّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمّد واله واصحابه الذين الداعين الى سبيل ربّهم دين الاسلام.
 امّا بعد    فيا عباد الله    اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ الاّ وانتم مسلمون.

Ma'asyiral muslimin sidang jum'at rahimakumullah.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah menakdirkan kita menjadi orang-orang beriman kepada-Nya, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, agar kita benar-benar menjadi Muttaqin , yakni orang-orang bertakwa yang  amat mulia di sisi Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
Ma'asyiral hadirin yang berbahagia.
Nabi saw. telah menegaskan dalam hadisnya, bahwa semua umat manusia bani Adam itu mempunyai kesalahan dan dosa, dan sebaik - baik orang yang bersalah dan dosa adalah orang yang  mau bertaubat. Penegasan Nabi saw. ini harus diakui oleh kita semua, memang sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari dosa, apakah dosa besar atau dosa kecil, apakah dosa terhadap Allah atau dosa terhadap sesama. Oleh karena itu, kalau kita benar-benar beriman kepada Allah SWT dan beriman kepada Hari Akhir sebagai hari pembalasan, marilah kita segera melakukan taubat. Taubat artinya kembali dari maksiat menuju taat, atau meninggalkan dosa seketika dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Dengan demikian orang yang bertaubat adalah orang yang berhenti melanggar larangan-larangan Allah dan kembali untuk melakukan perintah-Nya. Berhenti berbuat maksiat dan patuh kepada Allah. Berhenti melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan berusaha menjalani apa yang diridoi dan disenangi-Nya. Dan ia merasa bersedih hati atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Taubat menimbulkan perasaan duka cita yang  terrenyuh dalam lubuk hatinya, mengganggu tidurnya, menumbuhkan rasa penyesalan yang mendalam dan membangkitkan semangat yang bulat untuk melepaskan noda dan dosa yang pernah dilakukannya dan bertekad untuk memulai  kehidupan yang lebih baik.  Taubat dalam pengertian yang demikian tidak sama dengan pengertian kapok lombok atau taubat sambal dalam istilah Jawa yang hanya menimbulkan rasa penyesalan sesaat atau rasa jera  sementara yang pada kesempatan lain akan mengulangi perbuatannya lagi. Allah SWT berpesan dalam firman-Nya:

 يا ايّها الذين امنوا توبوا الى الله توبة نصوحا

Artinya: " Hai orang – orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha."   QS. Al  Tahrim ;  8
Yang dimaksud dengan taubat Nasuha di sini adalah taubat yang sesungguhnya, yang bukan hanya mengucapkan istigfar sebagai permohonan ampun, tetapi lebih dari itu ada upaya untuk menjauhi dan tidak mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan untuk kedua kalinya, apa lagi berkali-kali.
Ma'asyiral hadirin rahimakumullah.
Hadharatusy-syaekh Abi Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawi dalam kitabnya Riyadus-shalihin menyatakan bahwa taubat itu wajib dari tiap dosa. Maka jika dosa itu berkaitan dengan hubungan seorang manusia dengan Allah, maka pertaubatan itu mempunyai tiga persyaratan, yaitu :
1.      Harus menghentikan maksiatnya.
2.      Harus menyesali perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
3.      Niat bersungguh-sungguh tidak akan pernah mengulangi perbuatan yang sama untuk kedua kalinya..
Selanjutnya jika ada dosa yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan sesamanya, maka pertaubatan itu ditambah satu syarat lagi, yaitu menyelesaikan urusannya dengan orang yang bersangkutan, dengan meminta maaf atau minta halalnya satu perbuatan, atau mengembalikan sesuatu yang harus dikembalikan. Syarat ini adalah syarat mutlak yang wajib ditunaikan oleh seseorang yang mempunyai dosa dan kesalahan terhadap orang lain. Mengapa demikian ? Karena sesungguhnya Allah sendiri tidak mau memaafkan dan tidak mau menghapus dosa seorang hamba yang mempunyai kesalahan terhadap hamba yang lainnya, sebelum seorang hamba tersebut meminta maaf terhadap hamba yang bersangkutan, sekaligus hamba yang bersangkutan tersebut dengan ikhlas dan rela hati mau memberi maaf. Selagi permintaan maaf ini tidak dilakukan, sekaligus pemberian maaf ini tidak ada, maka pertaubatan tersebut belumlah bisa diterima.
     Ma'asyiral hadirin hadaniyallah waiyyakum.
Dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan sesama manusia sesungguhnya lebih sulit penghapusannya bila dibandingkan dengan dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan Allah. Ketika kita punya salah dan dosa kepada allah, selagi kita betul-betul  menyesal dan berniat tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan, dalam arti kata benar-benar bertaubat, maka niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa dan kesalahan kita.  Dalam Al Quran surah Thaha, 82 Allah menegaskan :
 وانّى لغفّار لمن تاب وامن وعمل صالحا ثمّ اهتدى

Artinya: " Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, lalu tetap pada jalan yang benar."
Bahkan dalam salah satu hadis kudsi, lebih jelas lagi Allah menegaskan :


 يا ابن ادم انّك ما دغوتنى ورجوتنى غفرت لك على ما كان منك ولا ابالى   يا ابن ادم لو بلغت ذنوبك عنان االسماء   ثمّ استغفرتنى غفرت لك ولا ابالى    يا ابن ادم لو اتيتنى بقراب  الارض خطايا  ثمّ  لقيتنى لا تشرك بى شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة 


Artinya: " Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu meminta dan mengharapkan ampunan-Ku, niscaya Aku ampuni dosa yang telah diperbuat, dan Aku tak peduli. hai anak Adam, andaikata dosamu seluas langit, lalu kamu memohon ampunan-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu, dan Aku tak peduli hai anak Adam, jika kamu menghadap kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu kamu menemuiku  sambil tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula." { Hadis Riwayat Imam Turmudzi.}
Kaum muslimin yang berbahagia.
Kedua firman Allah tersebut di atas menunjukkan bahwa betapa Maha Pengampunnya Allah SWT. Dia senantiasa membuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat hamba-Nya yang berbuat dosa di waktu malam, dan selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat hamba-Nya .yang berbuat dosa di waktu siang. Tidak ada istilah "Tiada maaf bagimu " bagi Allah kepada para hamba-Nya, karena pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja, kapan dan di mana saja.  Pintu taubat itu ditutup hanya bagi mereka yang sengaja mengulur-ulur waktu, sengaja menunda-nunda taubat mereka hingga saat sakratul maut tiba.
Ma'asyiral hadirin hadaniyallah waiyyakum.
Begitu Maha Pengampunnya Allah, hingga tidak ada kesulitan untuk mendapatkan ampunan-Nya. Hanya dengan satu syarat saja, yaitu taubat. Akan tetapi, apakah untuk mendapatkan maaf dari sesama kita sama mudahnya dengan memperoleh ampunan dari Allah ? Tentu saja tidak. Nabi saw. dalam satu hadisnya pernah bercerita tentang betapa sengsaranya seseorang yang ketika hidup di dunia pernah berbuat dosa terhadap sesamanya, tetapi sayang dia belum sempat mendapatkan maaf dari seseorang yang disakitinya itu. Kelak kata Nabi, ada seorang hamba yang datang menghadap Allah di hari pembalasan dengan membawa pahala salat, pahala puasa, haji dan pahala-pahala lainnya. Ketika dihisab, ternyata amal baiknya  lebih banyak ketimbang amal  jeleknya. Maka Allah pun hendak memasukkan hamba tersebut ke dalam surga, akan tetapi ada seseorang yang komplen / mengajukan protes. "Ya Allah, saya menuntut keadilan. Di dunia orang itu pernah menyakiti saya, dan dia belum mendapatkan maaf dari saya. Sekarang  saya minta pertanggung jawaban atas perbuatan dosa yang pernah dia lakukan terhadap saya". Mendengar protes dari orang itu, maka Allah pun tidak memberi maaf kepada hamba yang punya dosa dengan sesamanya. Demi keadilan,  Allah SWT .lalu mengambil pahala seorang hamba yang diprotes,  lalu pahala itu diberikan kepada seseorang yang disakitinya. Ketika persoalan yang satu ini beres, ternyata datang salah seorang lagi memprotes pula yang intinya sama. Maka untuk kedua kalinya Allah mengambil pahala yang berbuat dosa, lalu diberikannya kepada sesamanya yang pernah disakiti. Begitu seterusnya datang silih berganti orang-orang yang protes, hingga akhirnya pahala hamba yang pada  mulanya begitu banyak, kini habis digunakan untuk membayar atas dosa-dosa dan kesalahan kepada orang lain. Bahkan yang lebih tragis, ketika pahala itu sudah habis masih ada saja orang yang datang memprotes. Berhubung pahala untuk membayar dosa itu sudah habis, maka satu-satunya cara untuk meminta halalnya perbuatan dosa yang pernah diperlakukan kepada sesamanya adalah dengan jalan, dosa orang yang pernah disakiti itu diambil, lalu dialihkan kepada orang yang punya dosa / salah.
Ma'asyiral hadirin rahimakumullah.
Seperti itulah kisah tragis yang diceritakan oleh Nabi saw.  berkaitan dengan seseorang yang menanggung beban dosa dan kesalahan terhadap orang lain yang belum mendapatkan maaf. Melihat kenyataan ini, maka hendaklah kita berhati-hati sekali dalam berhubungan dengan sesama kita. Manakala kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, misalnya kita pinjam barang atau uang, lalu kita tidak mengembalikannya dalam waktu yang cukup lama, atau bahkan kita sengaja menggelapkannya dan mencurinya. Ini berarti menyakiti orang lain. Bagi kita yang mau bertaubat, maka barang atau uang yang telah kita gunakan itu harus kita kembalikan, dan kita harus minta maaf sampai dia mau memaafkan. Begitulah tata cara kita bertaubat dan tata cara memperbaiki diri, dari segala cacat dan cela. Akhirnya semoga kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk melakukan Taubatan Nasuha sebelum kita meninggal dunia.  

 اعوذ با لله من الشيطان الرحيم    والذين اذا فعلوا فاحشة او ظلموا انفسهم ذكروا الله فا ستغفروا لذنوبهم   ومن يغفر الذنوب الاّ الله   ولم يصرّوا على ما فعلوا وهم يعلمون    وقل ربّ اغفر وارحم وانت خير الراحمين.

5 komentar:

  1. ya allo gue nangis baca beginian. gue mau tobat tp gue ga yakin bakal bisa bener" tobat. setelah gue baca ini tulisan, insya allah gue memantapkan hati gue buat bertobat. makasi bwt penulis

    BalasHapus
  2. Jazakumullah khairan katsira. ijin copy dan digunakan

    BalasHapus